"iqro' bismirobbika alladzi
kholaq"
Bermula dari ayat tersebut,
seberkas cahaya mulai tampak, untuk menerangi umat manusia dari kegelapan yang
nyata. Dimulai dari suatu wilayah dan zaman di mana pada saat itu keadaan
umatnya benar-benar gelap, digelimpangi dengan perbuatan-perbuatan keji,
perbudakan dimana-mana, dan kegiatan-kegiatan bodoh lainnya. Walaupun saat itu
terdapat beberapa kebiasaan yang baik, namun aktivitas nista lebih dominan. Ya,
tempat itu adalah Jazirah Arab pada abad ke 6.
Saya
akan menceritakan sekilas gambaran masyarakat Arab. Pada saat itu, perbedaan
kasta antara lelaki dan perempuan sangatlah terlihat. Sebuah keluarga akan
senang dan bangga apabila mereka memiliki anak lelaki, namun akan sangat malu
apabila memiliki anak perempuan, bahkan tak segan-segan untuk membunuhnya.
Kemudian
dari tradisi pernikahan. Ada 4 tradisi pernikahan yang ada pada zaman itu. Yang
pertama adalah pernikahan yang biasa kita kenal saat ini, pernikahan normal
dimana dimulai dari melamar calon wanita, kemudian menikahinya. Yang kedua
dinamakan istibdho'
, yaitu pernikahan
yang bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang berkalitas. Caranya dengan
menyuruh sang istri untuk berhubungan dengan si fulan yang terkenal memiliki keunggulan tertentu dengan harapan
agar keunggulan itu bisa menular ke anak yang dikandung sang istri. Sang suami
tidak menyentuh sang istri sehingga sang istri hamil. Kemudian yang ketiga
adalah pernikahan dimana seorang wanita akan berhubungan dengan beberapa pria
yang jumlahnya kurang dari sepuluh. Kemudian apabila si wanita hamil, dan
akhirnya lahir seorang anak, maka dia akan memanggil seluruh pria yang dulu
pernah berhubungan dengannya dan memilih siapa bapaknya dari pria-pria
tersebut. Si pria harus bertanggung jawab dengan itu. Yang terakhir adalah
pernikahan yang agak mirip dengan jenis yang ketiga. Bedanya ada pada
jumlah orangnya dan penentuan
keturunannya menggunakan ahli pernasaban (Qoif).
Kemudian
paganisme yang merebak di Jazirah Arab
saat itu, memperlihatkan begitu terbelakanngnya kondisi bangsa arab. dalam hal
perdagangan, begitu banyak pemberatan timbangan dan kecurangan-kecurangan lain
. Masih banyak aktivitas-aktivitas buruk
lainnya yang bisa kita dapatkan.
Di
tengah kecarut-marutan bangsa arab saat itu, kemudian Allah menurunkan seorang
anak yang maksum, yang pada saat dewasa beliau merupakan seorang presiden yang
berwibawa, panglima yang cerdik, hakim yang adil, ustadz yang mahir, suami yang lembut, ayah yang tegas, yang berani
memotong tangan anaknya sendiri apabila terbkti mencuri, yang berani terjun ke
dalam medan peprangan dalam keadaan genting, yang ibadahnya tak putus-putus
walaupun sudah dijamin masuk surga-Nya. Ya, beliau adalah Rasulullah Muhammad SAW.
Muhammad
lahir tanpa seorang ayah, karena ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad
berada di kandungan. Dan beliau ditinggal mati ibunya ketika umurnya masih
kecil. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Mutholib hingga
kakeknya wafat. Kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, hingga dewasa. Abu
Tholib juga salah seseorang yang selalu melindungi dakwah Muhammad, walaupun
hingga akhir hayatnya dia belum masuk Islam.
Ahmad,
ia biasa dipanggil ketika kecil, sudah menunjukan potensinya sejak belia. Dimulai
semenjak menjadi seorang penggembala kambing yang jujur, hingga pada saat
peristiwa pengangkatan hajar aswad
yang mengakibatkan beliau dijuluki sebagai al-amin
(bisa dipercaya). Ceritanya begini, suatu saat terjadi banjir besar di Makkah.
Banjir yang besar itu mengakibatkan Ka'bah rusak sehingga harus direnovasi.
proses renovasi pun dimulai dengan penggalangan dana. Kemudian dibangunlah
kabah dari awal hingga akhirnya prosesi terakhir adalah meletakan hajar aswad pada tempatnya. Terjadi
perselisihan antar kabilah terkait kabilah mana yang paling pantas untuk
meletakan hajar aswad tersebut. Terjadi
saling klaim bahwa kabilahnya lah yang paling pantas untuk meletakan hajar aswad. Suasana memanas, hingga akhirnya
ada seseorang yang mengusulkan untuk menyerahkan permasalahan ini kepada orang yang
paling awal memasuki area Ka’bah dan ternyata orang itu adalah Muhammad. Dengan
kecerdikannya, Muhammad kemudian meletakan selembar kain di tanah. Kemudian
setiap kabilah diminta untuk memegang ujung-ujung kain tersebut. Muhammad lalu
meletakan hajar aswad ke atas kain
tersebut, dan menginstruksikan para petinggi kabilah untuk membawa hajar aswad dengan cara mengangkat kain
hingga tempat dimana hajar aswad diletakan. Kemudian setelah sampai tempatnya,
Muhammad mengambil hajar aswad
tersebut dan meletakannya di tempatnya. Ide pemersatu yang tak terpikirkan
sebelumnya.
Berkat
kejujurannya juga, Muhammad menjadi pedagang yang sukses. Beliau mulai bedagang
dengan mengikuti kafilah dagang pamannya ke Syam. Hingga akhirnya beliau
bekerja pada seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Prestasinya yang
mengagumkan membuat Khadijah tertarik kepada beliau hingga akhirnya mereka
diikat dengan ikatan suci pernikahan. Muhammad menikahi Khadijah ketika berumur
25 tahun.
#to be continued
No comments:
Post a Comment